Dalam strategi pemasaran, yang
paling tidak banyak dibahas atau porsinya tidak sepadan adalah masalah valuasi
dan pengukuran. Padahal, bagian inilah yang sering ditanyakan oleh para CEO dan
direksi perusahaan. Walau sudah mulai terjadi banyak kemajuan dalam bidang
pengukuran, pada faktanya masih terdapat gap yang besar antara
keharusan dalam pengukuran dan kenyataan yang diukur dari
para marketer di Indonesia.
Mengapa hal ini terjadi? Bisa
saja ini karena mind-set bahwa proses pengukuran tidaklah sepenting
membuat strategi dan program yang efektif. Bisa juga, karena pengetahuan
para marketer yang minim dalam melakuan pengukuran
atau marketing metrics pada umumnya. Untuk perusahaan kecil,
keengganan ini juga bisa terjadi karena mereka mempunyai persepsi bahwa biaya
yang mereka akan keluarkan untuk melakukan pengukuran terlalu besar.
Oleh karena itu perusahaan perlu
untuk terus mendorong tim pemasaran untuk semakin fokus dalam merencanakan dan
melakukan pengukuran. Era Digital Marketing juga telah memberikan
kesempatan yang semakin besar dalam meningkatkan kualitas
pengukuran marketing metrics.
Digital Marketing memungkinkan
pengukuran menjadi lebih cepat, bahkan real time. Selain itu, teknologi digital
membuat pengukuran menjadi proses yang efisien dan memiliki akurasi yang baik.
Sungguh sangat disayangkan, bila revolusi Digital Marketing yang sudah
semakin kencang tidak mampu mengubah mind-set terhadap pentingnya marketing
metrics.
Salah satu rujukan penting terkait pengukuran
efektivitas pemasaran dan bisnis secara umum adalah buku karya Paul W. Farris
et al berjudul “Marketing Metrics: The Definitive Guide to Measuring Marketing
Performance”. Satu buku lagi berjudul “Marketing Metrics: 50+ Metrics Every
Executive Should Master”. Buku terakhir ini berisi sedikitnya 114 pengukuran
(baca: Metrics) untuk valuasi dalam bidang pemasaran dan bisnis. Buku ini
adalah rujukan wajib para praktisi marketing dan riset pemasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar